BALENDAH, RB.Online – Penyaluran bantuan dari Pemerintah kepada masyarakat miskin sepertinya menjadi salah satu incaran beberapa oknum bermental tikus.
Tidak terkecuali Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang kerap dijadikan sebagai ajang untuk mengais rejeki. Berbagai cara dilakukan oleh beberapa oknum tidak bertanggung jawab untuk ikut menikmati hak masyarakat tidak mampu tersebut.
Penyaluran BPNT di Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah baru-baru ini seakan menjadi salah satu bukti bahwa dibalik penyaluran bantuan pangan tersebut terdapat bisnis yang menggiurkan bagi pengambil kebijakan di tingkat desa/kelurahan.
Dari pantauan RB.Online, penyaluran BPNT di Kelurahan Manggahan dilakukan di sebuah _e-waroeng_ yang terletak di lingkungan kantor kelurahan, tepatnya di samping Musholla Kelurahan Manggahang yang dikelola oleh Anggota Puskesos (Pusat Kesejahteraan Sosial), Hasanah dan Tuti Murkijah. Penyaluran BPNT yang dilakukan pada Selasa, (13/04/2021) lalu disebut-sebut memiliki sasaran 976 KPM.
Sebagaimana diketahui, Pedoman Umum Bantuan Pangan Non Tunai sudah mengatur dengan gamblang tentang mekanisme penyaluran BPNT. Namun, hasil penelusuran tim RB.Online di lapangan jauh panggang dari api.
Diantaranya, bahan pangan sudah diberikan dalam bentuk kemasan atau paket. Padahal, sesuai pedoman, para keluarga penerima manfaat (KPM) seharusnya berbelanja di agen atau e-warong sesuai kebutuhan dengan menggunakan kartu keluarga sejahtera (KKS).
Lebih memprihatinkan lagi, selain penyaluran bantuan yang diberikan dalam bentuk paket, bila dibandingkan dengan harga pada warung maupun pasar tradisional, ditemukan selisih harga mencolok pada masing-masing paket sembako yang diterima oleh KPM.
Dari perhitungan tim RB.Online, dengan membandingkan harga sembako di pasaran, nilai paket yang didapat KPM tidak sampai Rp 200 ribu. Dari setiap kemasan, ditemukan selisih harga Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu. Sementara itu, yang mendapat BPNT di Kelurahan Manggahan hampir mencapai 1.000 KPM.
Seperti penyaluran BPNT di Kelurahan Manggahang, dimana e-waroeng telah mempersiapkan batuan dalam bentuk paket yang berisi Beras 10 Kg, Daging Ayam 800 gram, telur 12 butir, kentang 900 gram, serta tempe 1 lempeng. “Bila beli di warung biasa, seluruh barang tersebut paling mahal hanya berkisar Rp 165.000,00,” ujar salah seorang KPM.
Saat dikonfirmasi, Hasanah menjelaskan penyaluran BPNT dengan sasaran hampir 1.000 KPM di Kelurahan Manggahang setiap bulannya, dilayani oleh 2 unit e-waroeng yang saling berdekatan jaraknya, bahkan bisa dikatakan berhadapan dengan agen e-waroeng milik Tuti Murkijah.
Menurutnya, dengan memiliki warung miliknya dia merasa telah memenuhi kriteria untuk menjadi Agen e-waroeng dalam program BPNT. “Saya juga aktif di bidang sosial, Puskesos serta Fasilitator di Kelurahan Manggahan,” kata Hasanah jujur.
Saat disinggung keuntungan yang diperolehnya dari setiap paket BPNT, Hasanah enggan untuk merinci margin yang diperolehnya. “Pasti adalah Mas, tapi keuntungan tersebut kan bukan buat saya sendiri, dipakai buat operasional penyaluran, operasional Puskesos di kelurahan, untuk yang bantuin saat penyaluran, belum lagi buat yang ngontrol dari staf Sosbud Kecamatan, ya bagi-bagi rejekilah,” ungkapnya tanpa menyebut nama dimaksut.
Lurah Mangahang, Zaelani Sugandi, SPd., Msi saat hendak dimintai klarifikasinya sedang tidak berada di kantornya. Menurut informasi yang diperoleh, Zaelani Sugandi sedang menghadiri acara Dewan yang bertempat di RW 10. (Her.W)